TUNTAS.CO.ID, Kulonprogo - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tengah menyelesaikan pembangunan Underpass Bandara Kulonprogo atau New Yogyakarta International Airport (NYIA). Underpass dibangun di bawah bandara sepanjang 1,3 km yang akan menjadi underpass terpanjang di Indonesia.
Pembangunan underpass ini bertujuan agar akses Jalan Nasional Pantai Selatan (Pansela) Jawa yang menghubungkan Purwokerto dan Yogyakarta tetap terbuka karena pembangunan Bandara Kulonprogo memotong jalan Pansela yang lama. "Underpass terpanjang ini merupakan bagian dari Jalan Nasional Pansela Jawa. Dalam pembangunannya, faktor keamanan harus betul-betul diperhatikan,” kata Menteri Basuki saat meninjau lokasi pembangunan underpass baru-baru ini.
Untuk menjamin keamanan underpass, Menteri Basuki telah memerintahkan Ketua Komite Keamanan Jembatan Panjang dan Terowongan Jalan Sugiyartanto yang juga Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Marga memperhitungkan secara cermat seluruh aspek keamanan dan keselamatan underpass tersebut.
"Ini ada dua emergency exit, kalau menurut saya harus ditambah dua lagi. Saat ini masih dibahas untuk kajian lebih mendalam untuk menambah aspek keamanannya," ujar Menteri Basuki.
Menteri Basuki meminta kontraktor yakni PT. WIKA dan MCM (Kerjasama Operasi) untuk memperhatikan aspek saluran air underpass untuk menghindari terjadinya banjir. "Konstruksinya harus diperhatikan betul. Tadi saya lihat ada tiga lapis beton, nanti di paling luar ada membran, supaya air dari luar tidak merembes ke bawah dan terdapat drainase di bawah. Untuk menahan air supaya tidak masuk sehingga ini benar-benar kedap air," tuturnya.
Kontraktor juga diminta untuk meningkatkan metode kerjanya dengan memperhatikan aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dan kebersihan. “Jalan nasional tidak boleh berdebu akibat keluar masuk mobil proyek. Oleh karenanya mobil proyek harus bersih baik keluar maupun masuk lokasi proyek sehingga tidak mengganggu kenyamanan pengguna jalan," pesannya.
Sementara itu sebagai dukungan untuk pembangunan Proyek Bandara Baru Yogyakarta yang menjadi salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN), Menteri Basuki mengatakan bahwa Kementerian PUPR bersama PT Angkasa Pura I (Persero) akan menangani permasalahan banjir yang sempat terjadi pada Maret 2019 lalu. "Saat itu terjadi banjir karena intensitas hujannya sangat besar dengan debit banjir mencapai Q 25 sementara kapasitas sungainya hanya Q5, sehingga meluap. Nanti akan kita perlebar kapasitas sungainya jadi minimal Q25 hingga Q50," ujarnya.
Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) VII Akhmad Cahyadi mengatakan kualitas material akan dilakukan pengawasan khususnya beton lantai dan dinding agar tidak menyebabkan kebocoran. Beton dinding dan lantai akan dilapisi waterstop yang terbuat dari karet dan dilengkapi dengan fasilitas rumah pompa. Underpass ini akan memiliki lebar 7,85 meter, clearence atas 5,2 meter dan samping 18,4 meter. Pada dinding underpass nantinya juga akan dihiasi ornamen dengan tema kearifan lokal seperti motif batik khas Yogyakarta untuk menambah nilai estetika.
Pembangunan underpass yang dilakukan sejak November 2018, progresnya kini sudah mencapai 30% dan ditargetkan selesai pada Desember 2019 dengan kontraktor pelaksana. Biaya pembangunan bersumber dari Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) / Sukuk Negara Tahun Anggaran 2018-2019 sebesar Rp 293,18 miliar.
Turut hadir mendampingi Menteri Basuki, Dirjen Bina Marga Sugiyartanto, Direktur Sungai dan Pantai Jarot Widyoko, Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) VII Akhmad Cahyadi, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak Agus Rudyanto dan Kepala Biro Komunikasi Publik Endra S. Atmawidjaja.(kmp)
Pembangunan underpass ini bertujuan agar akses Jalan Nasional Pantai Selatan (Pansela) Jawa yang menghubungkan Purwokerto dan Yogyakarta tetap terbuka karena pembangunan Bandara Kulonprogo memotong jalan Pansela yang lama. "Underpass terpanjang ini merupakan bagian dari Jalan Nasional Pansela Jawa. Dalam pembangunannya, faktor keamanan harus betul-betul diperhatikan,” kata Menteri Basuki saat meninjau lokasi pembangunan underpass baru-baru ini.
Untuk menjamin keamanan underpass, Menteri Basuki telah memerintahkan Ketua Komite Keamanan Jembatan Panjang dan Terowongan Jalan Sugiyartanto yang juga Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Marga memperhitungkan secara cermat seluruh aspek keamanan dan keselamatan underpass tersebut.
"Ini ada dua emergency exit, kalau menurut saya harus ditambah dua lagi. Saat ini masih dibahas untuk kajian lebih mendalam untuk menambah aspek keamanannya," ujar Menteri Basuki.
Menteri Basuki meminta kontraktor yakni PT. WIKA dan MCM (Kerjasama Operasi) untuk memperhatikan aspek saluran air underpass untuk menghindari terjadinya banjir. "Konstruksinya harus diperhatikan betul. Tadi saya lihat ada tiga lapis beton, nanti di paling luar ada membran, supaya air dari luar tidak merembes ke bawah dan terdapat drainase di bawah. Untuk menahan air supaya tidak masuk sehingga ini benar-benar kedap air," tuturnya.
Kontraktor juga diminta untuk meningkatkan metode kerjanya dengan memperhatikan aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dan kebersihan. “Jalan nasional tidak boleh berdebu akibat keluar masuk mobil proyek. Oleh karenanya mobil proyek harus bersih baik keluar maupun masuk lokasi proyek sehingga tidak mengganggu kenyamanan pengguna jalan," pesannya.
Sementara itu sebagai dukungan untuk pembangunan Proyek Bandara Baru Yogyakarta yang menjadi salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN), Menteri Basuki mengatakan bahwa Kementerian PUPR bersama PT Angkasa Pura I (Persero) akan menangani permasalahan banjir yang sempat terjadi pada Maret 2019 lalu. "Saat itu terjadi banjir karena intensitas hujannya sangat besar dengan debit banjir mencapai Q 25 sementara kapasitas sungainya hanya Q5, sehingga meluap. Nanti akan kita perlebar kapasitas sungainya jadi minimal Q25 hingga Q50," ujarnya.
Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) VII Akhmad Cahyadi mengatakan kualitas material akan dilakukan pengawasan khususnya beton lantai dan dinding agar tidak menyebabkan kebocoran. Beton dinding dan lantai akan dilapisi waterstop yang terbuat dari karet dan dilengkapi dengan fasilitas rumah pompa. Underpass ini akan memiliki lebar 7,85 meter, clearence atas 5,2 meter dan samping 18,4 meter. Pada dinding underpass nantinya juga akan dihiasi ornamen dengan tema kearifan lokal seperti motif batik khas Yogyakarta untuk menambah nilai estetika.
Pembangunan underpass yang dilakukan sejak November 2018, progresnya kini sudah mencapai 30% dan ditargetkan selesai pada Desember 2019 dengan kontraktor pelaksana. Biaya pembangunan bersumber dari Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) / Sukuk Negara Tahun Anggaran 2018-2019 sebesar Rp 293,18 miliar.
Turut hadir mendampingi Menteri Basuki, Dirjen Bina Marga Sugiyartanto, Direktur Sungai dan Pantai Jarot Widyoko, Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) VII Akhmad Cahyadi, Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak Agus Rudyanto dan Kepala Biro Komunikasi Publik Endra S. Atmawidjaja.(kmp)