Cerita Mbah Fanani, Sudah 19 Tahun Bertapa di Dieng Tapi Warga Bertemu Dengannya di Makkah -->
Cari Berita

Cerita Mbah Fanani, Sudah 19 Tahun Bertapa di Dieng Tapi Warga Bertemu Dengannya di Makkah

tuntas.co.id


Capture tenda dan Mbah Fanani yang lagi bertapa di tendanya di Jalan Raya Dieng | Doc Sufi Indonesia

TUNTAS.CO.ID - Masyarakat di sekitaran Dieng Jawa Tengah sudah cukup kenal dengan nama Mbah Fanani.

Saat ini Mbah Fanani sudah 19 tahun bertapa di Jalan Raya Dieng, RT 1 RW 1, Desa Diengkulon.

Dikutip dari akun Instagram Sufi Indonesia, Mbah Fanani dikenal sebagai sosok pria misterius. Sebab, dia tidak pernah bicara sama sekali dan hingga kini belum ada yang mengetahui maksud serta tujuan dirinya bertapa.

Mbah Fanani bertapa di sebuah tenda kecil di depan rumah warga. Dia menghabiskan waktu belasan tahun di dalam tenda tanpa beraktivitas apa pun.

Mbah Fanani kebal dengan dinginnya udara Dieng. Kemudian meski panas terik, hujan badai Mbah Fanani tidak pernah sekali pun terlihat beranjak dari tendanya tersebut. Dia hanya diam, duduk sembari berselimut kain hitam.

Ada beberapa cerita mengherankan yang tersebar di kalangan masyarakat yang mengetahui tentang Mbah Fanani.

Pertama, Mbah Fanani pernah ditemui di Makkah, hal ini diceritaka oleh Taifin, Ketua RT 1/RW 1 Desa Diengkulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. 

Dia bersama istrinya menceritakan Mbah Fanani pernah ditemui di Makkah, Arab Saudi, oleh seorang warga Banjarnegara.

Kedua, setiap masuk waktu shalat, Mbah Fanani menghilang dari tenda.

"Kalau pas salat 5 waktu, Mbah Fanani juga enggak pernah ada di tendanya. Dia hilang enggak tahu ke mana," lanjutnya.

Ketiga, saat tenda Mbah Fanani dilempar botol minum, pelakunya kecelakaan.

Keempat Mbah Fanani bisa rasakan aura negatif para tamu.

Hingga kini masyarakat percaya dulunya Mbah Fanani pengasuh pesantren di Cirebon.

banyak orang yang datang dari berbagai daerah ke tenda Mbah Fanani, mulai dari habib-habib, ustadz , anak-anak pondok pesantren juga orang biasa.

Dikutip dari Sufi Indonesia,  menurut Habib Luthfi bin Yahya Mbah Fanani termasuk min auliya illah. (*)