Kenapa Menolak Pembangunan Rumah Ibadah -->
Cari Berita

Kenapa Menolak Pembangunan Rumah Ibadah

tuntas.co.id

Awang Azhari


MANUSIA sama seperti makhluk lain, namun dilebihkan sedikit oleh Tuhan berbentuk akal. Dengan modal akal inilah manusia bisa hidup lebih baik dari orangutan.


Akal ini juga yang membawa manusia berpikir tentang siapa yang menciptakannya, siapa yang menggerakkan harmonisasi kehidupan mereka.


Pencarian manusia pra aksara itu terkumpul pada titik temu, bahwa mereka dipimpin oleh roh-roh nenek moyang. Dan roh-roh itu mereka yakini di batu-batu besar, pohon yang tinggi.


Maka manusia yang hidup di zaman purba dan pra aksara punya ritual-ritual terhadap "berhala-berhala" yang diyakini nenek moyang.


Ritual-ritual mereka berangkat dari 'perintah' yang ditemui lewat mimpi maupun bisikan-bisikan 'ghaib'.


Hal ini yang membuat jalan ritual manusia saat itu kerap bertentangan dengan norma manusia. Karena manusia tidak jauh dari mimpi, dan ecap kali mengalami halusinasi.


Jika mereka bermimpi dapat memerintahkan membunuh, mereka yakini mimpi itu harus dilakukan di kehidupan nyata. 


Bayangkan jika saat itu ada yang salah makan, misal makan daun kecubung, tetiba halu, dapat perintah zina masal, mereka juga akan menyakini roh-roh menyuruh zina masal.


Coba baca sejarah Suku Aztek, mereka yakin mereka selalu butuh makan darah, bahkan mereka yakin dewi matahari suka makan darah anak-anak.


Kepercayaan manusia berkembang hingga meyakini bahwa semesta ini dipimpin oleh pencipta yang cuma satu, yakni Tuhan. Perkembangan ini yang disebut sebagai monoteisme.


Dalam pemahaman modern, monoteisme ini diyakini muncul saat zaman Abraham atau Nabi Ibrahim AS. 


Dari 'air suci' Nabi Ibrahim inilah akan muncul perjalanan baru peradaban manusia, di mana keturunannya bernama Musa AS atau Musa membawa agama Yahudi.


Kemudian lahir Isa AS yang menurunkan Agama Kristen, lalu dari keturunan Nabi Ismail AS yang merupakan putera Nabi Ibrahim dan Siti Hajar, lahir agama Islam.


Ketiga agama samawi ini punya kebajikan yang sama, yakni keadilan, kebaikan dan perdamaian.


Lebih luas lagi, garis besar ketiga agama ini melarang umatnya menyembah berhala, menghujat, membunuh, berzina, mencuri, berdusta, dan merasa iri. Hal ini tidak ditemukan secara spesifik sesuai kepercayaan sebelum adanya monoteisme.


Berangkat dari situlah peradaban manusia berkembang, meninggalkan tingkah laku 'binatang', manusia kemudian memiliki batasan norma yang diatur dalam agama.


Untuk konsisten menjaga norma-norma itu, umat yang telah beragama tadi diminta untuk mengingat Tuhan dengan ibadah atau sembahyang, maka itu sembahyang disebut sebagai ritual agar terhindar dari perbuatan keji dan mungkar.


Untuk itu setiap agama memiliki tempat ibadah bagi umat, agar mereka dengan leluasa sembahyang, memgingat Tuhan. 


Sehingga seharusnya tidak ada alasan bagi kita untuk menolak pembangunan tempat ibadah. Dari tempat-tempat ibadah inilah norma dan adab manusia akan terus terjaga.


Penulis : Awang Azhari