EMMANUEL MACRON DAN MASA DEPAN ISLAM -->
Cari Berita

EMMANUEL MACRON DAN MASA DEPAN ISLAM

tuntas.co.id

Oleh: Prof. Dr. H. Adrianus Chatib, M.Hum
(Gubes Sejarah Peradaban Islam UIN STS Jambi)

Mencermati dinamika gelombang protes terhadap Emmanuel Macron yang terjadi di seluruh dunia saat ini, memang sisi pandangnya bisa dari berbagai aspek. Salah satunya, menurut hemat saya bahwa tesis John N. dan P. Abourdene, sebagai futurulog dunia dalam buku ‘The Third Wave’-nya Alvin Toffler,  di masa  datang yg akan merajai dunia adalah: pertama, bangsa yang menguasai informasi; kedua, agama yang akan berkembang pesat dan dianut ialah agama rasional, akan terbukti. Dua hal ini pula yang penting kita analisis sekaitan dg tingkah laku dan kepongahan Emmanuel Macron, sang Presiden Prancis  tersebut.

Sejak dulu hingga sekarang Barat telah melakukan tudingan bahwa Agama Islam adalah ‘Agama Teroris’. Salah satu penyebabnya adalah penguasaan informasi di segala lini didominasi oleh Barat. Maka pembuktian tipuan dibuat dan  ditampilkan via media hanyalah kejelekan segelintir orang Islam, tidak representatif umat Islam dan ajarannya secara utuh dan menyeluruh. Di koran, TV, majalah, buku dan  media online lainnya disebarkan berbagai isu miring yang cenderung tendensius. Tidak ada pilihan bagi  orang Barat baik intelektualnya apalagi rakyat biasa kecuali ‘menelan mentah-mentah’ tentang kejelekan Islam.

Menumpuknya suntikan seperti itu sebagai kelanjutan Perang Salib terselubung, selama beratus tahun, maka jadilah putihnya ajaran Islam dan perilaku penganutnya menjadi ‘abu-abu dan menghitam’ di mata mereka. Sekali lagi, di mata mereka. Namun Islam tetapalah berkilau untuk selamanya.

Ketika Itu (dulu),  umat Islam awam tekhnologi, maka  hal itu dimanfaatkan oleh zending Kristen apa yang dinamakan ‘Kristenisasi Global’. Namun sekarang umat Islam tidak bodoh lagi karena kalau tidak menciptakan, minimal  sudah mahir menggunakan teknologi informasi; berita apa pun dapat akses secara global. Pun, saat ini Barat bisa meneliti, mamahami dan membandingkan ajaran-ajaran agama secara nalar rasional, baik  yg empirik maupun non empiric dengan memanfaatkan tekhnologi. 

Otak-otak cerdas mereka tidak bisa lagi dipasung seperti zaman silam karena tekhnologi digital telah menjamur. Mereka sudah bisa membedakan mana agama yang hak dan mana agama yang sudah dimanipulasi. Secara teologis, sebenarnya agama Yahudi (yang belum terkontaminasi teologisnya), Kristen dan Islam berkeyakinan  bahwa Tuhan itu Esa. Nabi Musa, Isa dan Muhammad tidak lebih dari sekedar nabi dan rasul. Tidak ada agama-agama tersebut menaikkan ‘tahta dan kasta’ nabi mereka menjadi Tuhan. Dalam Taurat, Injil dan al-Qur'an, Musa, Isa dan Muhammad adalah rasul. 

Namun demikian, dalam perkembangannya Islam tidak bisa dibendung, maka kepentingan politik Kaesar Romawi, akhirnya Isa dibesluit atau ‘di-SK-kan’ menjadi Tuhan yg bertentangan dengan risalah dan akal sehat yakni manusia naik pangkat jadi Tuhan. Inilah yg telah berabad-abad dianut oleh umat Kristen yang sesat.

Sekarang, informasi sudah merata menyebar ke seantero dunia. Apa yg dikatakan oleh Jhon N. dan P. Abourdene menjadi terkuak ke permukaan bahwa agama yang rasional akan dilirik umat, terutama kaum intelektualnya. Di kalangan Kristen/Katholik mulai berpikir ulang tentang agama yang dianut mereka sekaligus mengkomparasikan dengan ajaran Islam. Salah seorang yang melakukan itu adalah  Prof. Maourice .B dengan meneliti mummi Fira'un yang ada di musium Pyramid Mesir, dengan pertanyaan penelitian, siapa Fir'aun itu dan apakah ia mati di laut atau tidak.

Melalui test DNA mummi yang ada di musium Mesir itu, Prof. Mourice menyimpulkan bahwa mayat yang di musium itu  adalah mayat Fir'aun yang mengejar Musa dan ditenggelamkan Allah di laut Merah sebagaimana dikisahkan di dalam Al-Quran.  Namun, Allah tidak ingin sejarah ini berlalu tanpa pesan dan kesan. Mereka yang tenggelam itu ‘diselamatkan’ itulah dianya yang ada musium mummi Mesir tersebut. Tujuannya jelas agar menjadi sejarah dan dijadikan pelajaran bagi generasi berikutnya. Akhirnya, setelah  Sang Profesor menemukan kebenaran yang tidak bisa dibantah si Guru Besar itu, mengucapkan syahadat, menganut Islam. Menurut analisisnya, Islamlah agama yg rasional.( baca: surat Yunus: 92).

Jadi, analisis futurolog Jhon N. & P. A. terbukti sudah bahwa agama Islam rasional mengalami perkembangan dan kenaikan yang supersignikfikans penganutnya dewasa ini. Sementara gereja di Eropa banyak yang tutup karena kehilangan penganut. Secara teologis, Barat tidak dapat membuktikan keyakinannya bahwa Isa anak Tuhan atau Tuhan punya anak. ( Baca: Injil yang asli dan komparasikan dengan Al-Qur'an serta Taurat). Injil asli menyebutkanIsa putera Maryam, bukan putera Tuhan. Al-Qur'an menjelaskan Isa adalah nabi dan dalam Surat al-Ikhlash bahwa Tuhan tidak punya anak dan keturunan.

Kalau pandangan Yahudi bahwa Isa bukan anak Tuhan, tetapi ia adalah anak Maryam hasil perzinahan, karena kenyataannya Isa lahir tanpa Bapak bilogis. Oleh sebab itu,  debat teologis, di forum lokal, nasional dan internasional, zending Kristen tidak tegak kepalanya, karena alasan yang dikemukannya irrasional, alias ngaku kalah. Lihat dialog Zakir Naik dan pastor; di tingkat nasional dan internasional,  debat Hj. Irene yang sudah muslimah dengan lawannya di pihak Nasrani. Begitu juga Yahya Wailoni dengan lawan-lawan  politik dengan pemahaman keagamaannya yg irrasional.

Pada titik ini, dengan hal-hal yang rasional, Macron kehilangan percaya diri, lalu ia mencari dan mencuri jalan lain yakni politik. Teori politik yg pernah berhasil di dunia, terutama di Indonesia adalah teori S. Hurgronje yg intinya ada dua: apertama,  politik adu domba  (devide et impera);  kedua, orang Islam kalau minta bantu, maka bantu baik mendirikan mesjid atau mushalla; tapi. kalau bicara politik, ‘potong lehernya’. Hati-hati!

Akhirnya, apa yang ingin saya sampaikan melalui artikel ini adalah bahwa semakin keras perlawanan dan kebencian Macron terhadap Islam, yakinlah Islam tidak akan rusak bahkan sebaliknya akan semakin berkembang karena Islam adalah agama rasional bukan dokmatis. Perlawanan terhadap Macron sesungguhnya hanya sebagai ikhtiar ummat untuk membela Nabi dan agamanya atas kecintaan. Maka, tidak perlu pula berlebihan dan jangan sampai merugikan diri dan bangsa kita sendiri. Islam akan tetap menjadi agama semua ummat di masa yang akan datang. Sama-sama kita doakan Macron mendapat hidayah dan menganut Islam sebagaimana Shopie Petronin yang menghebohkan itu . Amin.