AJD, Realitas The Next Jusuf Kalla -->
Cari Berita

AJD, Realitas The Next Jusuf Kalla

tuntas.co.id



PADA medio Tahun 2017 lalu, sejumlah tokoh  nasional merapat ke Jusuf Kalla. Saat itu, Wakil Presiden (Wapres)  yang lahir di tanah Bugis itu, mencoba di "centil" oleh salah seorang menteri yang agak "sakti" di kepemimpinan Presiden Joko Widodo. 

Tak ketahuan, apakah menteri tersebut yang mencoba "agak nakal" membuat pernyataan agak "miring"  tentang Jusuf Kalla (JK), tujuannya untuk mengetest, sampai dimana pengaruh Wapres Jusuf Kalla. Atau mungkin, mereka ingin tahu lebih dalam, apakah Jusuf Kalla, hanya didukung oleh kelompok suku Bugis - Makssar. 

Rupanya, asumsi pertanyaan tersebut, tidak hanya sekedar perabaan. Selang sehari setelah pernyataan  agak "miring"  yang ditujukan ke JK, dari menteri yang menggap dirinya "sakti," mendadak kantor Wapres yang terletak di Silang Monas Jakarta Pusat di serbu ratusan tokoh nasional. Mereka datang dari berbagai latar belakang profesi, suku, dan juga tokoh agama di seluruh Indonesia. Termasuk layar di bergabagi media sosial, jaga mendadak "banjir" komentar. Intinya,  mereka, rata rata menyatakan kemarahan terhadap menteri yang melontarkan pernyataan agak "negatif" terhadap Wapres JK. 

Reaksi protes yang mengalir dari sejumlah tokoh, dan menyatakan dukungan ke JK, secara sepontan  menuangkan uneg uneg untuk kemudian memberikan lebel kepercayaan pada Andi Jamaro Dulung (AJD),  agar segera menyampaikan ke Publik. Isinya, protes ke menteri yang melontarkan komentar "negatif".

 Tumpahan reaksi kemarahan itu,   AJD pun  secara tiba tiba di daulat mewakili suara tokoh nasional. Melihat dorongan dari sejumlah tokoh untuk di wakili bersuara, AJD pun tak berpikir panjang lagi.  Amanah  tokoh nasional, oleh AJD, langsung disuarakan ke publik melalui berbagai media, termasuk ke media sosial. Hasilnya, setelah AJD bersuara dan bernada protes, menteri yang agak "nakal" itu pun  langsung terdiam. Belakangan menteri yang dimaksud itu,  tanpa ketahuan publik, malam - malam, datang meminta maaf, dan sungkem di hadapan Wapres JK. 

Korelasinya, mengapa harus AJD yang tiba tiba didaulat dan dipercaya mewakili suara tokoh nasional.

Kriteria menunjuk AJD mewakili suara tokoh nasional, melayangkan pembelaan terhadap JK, bukan sekedar spontan, atau tiba tiba. Di mata tokoh, cendekiawan, ilmuan, aktivis dan politisi nasional,  AJD  dipandang memiliki reputasi. Para tokoh bangsa, juga termasuk JK,   memiliki penilaian khsusus tentang kepantasan dan kapabelitias  AJD mewakili suara publik. 

Selepas peristiwa tersebut, indikatorpun  terus terusan  menyeruak, jika AJD termasuk tokoh nasional, dan anggota DPR RI, yang memiliki ratting tertinggi sebagai simbol "The Next JK". 

Lahirnya simbol AJD sebagai penyandan  The Next JK, di perkuat oleh mahasiswa IKAMI  (IKATAN KERUKUNAN MAHASISWA INDONESIA) SULSEL. Oleh Mahsiswa asal sulwesi selatan yang study di luar Sulsel, dan rata rata berhimpun  di Jakarta itu, langsung menggelar pertemuan dan pembahasan.  Beberapa pekan kemudian setelah pertemuan, organisasi IKAMI, mengeluarkan daftar nama nama tokoh nasional yang dianggap memiliki reputasi sebagai "Pengganti JK." Sejumlah nama pun tayang di berbagai media, termasuk di media sosial. Juga IKAMI menggelar seminar dan polling, dengan tema The Next JK. Hasilnya, nama AJD tetap berada pada titik puncak sebagai salah satu tokoh yang memiliki reputasi sebagai THe Next JK. 

Realitas tersebut, AJD sebagai pemilik simbol "The  Next JK"  tak bisa di mundurkan lagi. Sebuah kenyataan dan fakta, dan lahir dari suara  masyarakat dan diusulkan oleh sejumlah tokoh, yang bukan hanya datang dari tokoh asal Sulsel, akan tetapi juga di restui oleh tokoh nasional dari berbagai pelosok tanah air Indonesia. (**)

Oleh: Syahrir